KITA MEMPERCAYAI DAN MENYAKSIKAN ;
Keselamatan adalah karya allah, yaitu kelepasan dari dosa, dari kuasa iblis dan maut, dan dari aneka ragam kuasa yang bertentangan dengan Firman Allah. karena dengan karunia dan kasih Allah keselamatan dilaksanakan, yaitu dengan penebusan AnakNya yang tunggal, Tuhan Yesus Kristus, yang mati dikayu salib, yang turun kedalam maut setelah dikuburkan dan yang bangkit dari kematian pada hari ketiga. jalan untuk menerima keselamatan ituadalah melalui iman yang dilahirkan dari Roh Kudus dan iman itulah yang diperhitungkan Allah sebagai kebenaran manusia. Keselamatan itu adalah kemuliaan Allah dan kebahagiaan manusia. orang percaya telah dibebaskan, walaupun dia masih mengalami pergumulan di dunia ini. karunia Allah senantiasa melepaskan orang percaya dari aneka ragam bahaya dalam kehidupan sehari-hari, secara jasmani dan rohani, baik perorangan maupun kelompok.
Penampakan dari keselamatan itu dalam kehidupan ialah kehidupan yang kudus, yang menghasilkan buah-buah roh (1 Yohanes 3:16 ; 2 Korintus 8:2 ; Kisah Para Rasul 4:12 ; Galatia 5:22). Dengan ajaran ini kita menekankan tidak ada keselamatan selain dari keselamatan yang dilakukan oleh Yesus Kristuslah yang empunya orang yang diselamatkan. Iblis maupun kuasa yang lain dari kekuasaan Kristus tidak berkuasa merampasnya (Roma 8:39-39), karena itu kita menolak ajaran yang mengatakan bahwa manusia yang dapat menyelamatkan dirinya dari kuasa dosa, dari iblis dan dari kematian dengan cara meninggalkan keramaian didunia. kita juga menolak ajaran yang mengatakan bahwa usaha manusialah yang menentukan keselamatannya.
Belajarlah Alkitab scr benar menurut Alkitab jgn berdasarkan doktrin dan dogma gereja atau manusia. Keselamatan wajib diupayakan oleh masing2 manusia setelah Allah menyediakan fasilitas keselamatan yakni dengan Karya Penyaliban Kristus di bukit golgota.
BalasHapusSudah Belajar bos...
HapusKalau anda gagal "mengusahakan keselamatan/surgamu" bukannya berarti karya penyaliban itu gagal... gimana sih cara berloginyanya bos...
Sola Fide, Sola Gracia dan Sola Scriptura itu ajaran gereja setelah dia belajar dengan benar tentang Alkitab...
Kalau ada ajaran yang mengajarkan untuk menambah karya kristus + (Plus) yg lain berarti itu kesesatan bos... karya yesus belum selesai spt yang dikatakannnya di kayu salib.... SUDAH SELESAI
DIBENARKAN HANYA OLEH IMAN (ROM. 3:28) ATAU KARENA PERBUATAN BUKAN HANYA IMAN (YAK.2:24)?
BalasHapusAJARAN REFORMATOR MARTIN LUTHER Mengenai "pembenaran hanya oleh karena iman (Sola Fide)", pada salah satu aspeknya sebenarnya lebih merupakan reaksi dari pandangan mekanistis terhadap sakramen-sakramen gereja pada abad pertengahan. Ajaran ini baru muncul tahun 1520 M, karena itu tidak termasuk reformasi Luther tahun 1517 M. Teologi abad pertengahan menekankan sakramen-sakramen sebagai "obat penyembuh" bagi si penerima sakramen. Ajaran yang pada akhirnya menjadi khas Protestan, yang pada gilirannya dihadapkan dengan ajaran Gereja Roma Katolik. Calvin melanjutkan dalil pembenaran Luther ini dalam bukunya Institutio (Pengajaran). Tetapi meskipun para reformator sangat menekankan ajaran "keselamatan hanya oleh iman (Sola Fide)", tetapi tidak berarti perbuatan baik sama sekali tidak mendapat tempat dalam paham keselamatan Kristen.
Olaf Schumann, teolog Lutheran dan ahli ilmu agama-agama dari Universitas Hambrug, Jerman, menekankan bahwa tradisi reformatioris Protestan setelah Calvin telah menekankan axioma Luther Dola Fide ini sedemikian rupa, sehingga tekanan pada etika semakin berkurang, sehingga pekerjaan etis tidak dilihat dalam hubungannya dengan keselamatan. Dengan begitu, nilai teologis dari etika dianggap tidak penting. [Olaf Suchman juga menganggap bahwa penempatan "Perbuatan baik" dalam pemikiran John Calvin juga tidak sepenuhnya tepat (Ibid, hlm. 114).Ibid, hlm.114-115.] Tentu saja pandangan ini bergeser dari para reformator sendiri, bahwa perbuatan baik adalah akibat dari keselamatan yg telah dikerjakan oleh Kristus. Hal ini ditekankan oleh Calvin, dalam "Tertius Usus Legis" yang dimuat dalam Bab III, bukunya Institutio, [Ibid,hlm.114.]. Yang lebih merupakan reaksi terhadap pandangan Gereja Roma Katolik pada zamannya.
PERBEDAAN YANG MENDASAR ATAU SEKEDAR "CONTRADICTIO IN TERMINIS"?
Menariknya, ketika Martin Luther untuk kali yang pertama melancarkan kritiknya atas Gereja Katolik, pandangannya yang terutama didasarkan atas surat Roma itu, bertabrakan dengan penekanan mengenai pentingnya perbuatan baik dalam Surat Yakobus. Singkat kata, apabila rasul Paulus menekankan bahwa kita dibenarkan karena iman (Rom. 3:28, Vulgata: "lusitificati igitur ez Fide"), maka Yakobus menekankan: "Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman" (Yak 2:24, Vulgata: Videtis Quoniam ex operabus iustificatyr homo et non ex fide tantum"). Karena seperti yang ditekankan oleh rasul Yakobus, "Iman tanpa perbuatan pada hakikatnya adalah mati" (Yak. 2:26,Vulgata: "... .ita et fides sine opera-bus mortua est"). [Ibid,hlm.1860]
Melihat ayat-ayat dari surat Yakobus ini, agaknya Marthen Luther memandang serius sebagai halangan bagi dalil reformasinya. Dan ironisnya, utk mempertahankan pandangan itu, Luther malah meragu-ragukan Surat Yakobus dan menyebutnya sebagai "surat jerami". Padahal status kanonik surat Yakobus ini tidak menjadi persoalan lagi, setelah konsili lokal Kartago pada abad IV M, sampai Marthen Luther melangsungkan reformasinya. Apakah memang Paulus yang menekankan iman bertentangan dengan Yakobus yang menekankan perbuatan?? "Kita tidak berdiskusi tentang iman dan perbuatan'', Baba Shenuda III tandas menekankan, "tetapi saya ingin anda memperhatikan prinsip yang penting, yaitu bahaya sekali memakai satu ayat untuk membangun suatu ajaran". [Albaba Shenouda III, Al-Khalasg fi Al-Mahfum Al-Urthuduks (Cairo:Makatabah Al-Mahabbah, 1980), hlm.15.] Jadi, satu ayat tidak bisa dikutip terlepas dari konteksnya.
Misalnya, Paulus menulis bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat" (Rom. 3:28). Tidak perlu kita terlalu jauh mempertentangkan dengan Yakobus, sebab pada pasal yang sama Paulus sendiri menjelaskan maksudnya bahwa Taurat (nomos) tidak dibatalkan karena iman, tetapi justru meneguhkannya (Rom. 3:31). Lebih jelas Lagi, Paulus justru berkata: "Karena bukanlah orang yang mendengarkan hukum Taurat yang benar di depan Allah, tetapi orang yang melakukan hukum Tauratlah (nomos) yang dibenarkan" (Rom. 2:13). Lebih-lebih apabila dibandingkan dengan konteks yang berbeda yang dihadapi oleh Paulus dan Yakobus memang berbeda, maka perbedaan terminologis keduanya yang dianggap serius oleh sang reformator ini, ternyata bukan masalah apa-apa dan mudah sekali dijelaskan.
BalasHapusPaulus menghadapi tantangan kaum legalis Yahudi yang percaya bahwa kebaikan manusia cukup diperhitungkan di depan Allah untuk mencapai keselamatan. Iman yang dimaksudkan Paulus adalah sikap dari keputusan yang menyerahkan diri sepenuhnya kepada anugerah Tuhan, [Hasan Susanto. Surat Yakobus: Berita Perdamaian yang Patut Didengar (Malang: Literatur SAAT, 2008), hlm.207.]. karena kebaikan manusia tidaklah cukup. Menghadapi kaum Legalis itu, bagi Paulus iman juga membebaskan dari perhambaan hukum-hukum lahiriah, yaitu "keadaan lama menurut hidup hukum Taurat" (Rom.7:5. cf. Rom. 5:1; Gal. 3:23-25). Sebaliknya, menghadapi orang Kristen-Yahudi yang memandang muka dan berpeluk tangan terhadap saudara seiman yang miskin. [Ibid, hlm. 208.] Yakobus mendorong umat Kristen untuk bertindak demi imannya. Bagi Yakobus, iman dalam makna pengakuan verbal lewat credo (al-iqrar bi al-lisan) saja tidak cukup, tanpa tindakan nyata bagi sesamanya. Karena itu, iman yang secara akal budi menyetujui ortodoksi-ortodoksi tertentu, tetapi tidak hidup selaras dengan keyakinan itu, sama dengan imannya setan-setan. "Engkau percaya bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setan pun percaya akan hal itu dan gemetar" (Yak.2:19).
Selanjutnya, yang dimaksudkan Yakobus dengan "perbuatan-perbuatan" juga berbeda dengan yang dimaksudkan Paulus. Perbuatan yang ditolak oleh Paulus adalah formalisasi hukum agama, yaitu ketaatan kpd tuntutan Taurat yang dipandang sebagai sistem, yang olehnya manusia memperoleh keselamatan karena upah jasa-jasa. Sebaliknya, menurut Yakobus yang disebut Taurat adalah "hukum yang memerdekakan orang" (Yak. 2:12). Jadi, perbuatan-perbuatan yang ditekankan oleh Yakobus, ditekankan juga oleh Paulus dengan istilah yang berbeda, yaitu "buah-buah roh" (Gal. 5:22). Karena itu, berbeda dengan yang sering disalah pahami seolah-olah dengan dalil keselamatan hanya oleh iman tidak mementingkan perbuatan baik, Paulus justru berkata bahwa yang dibenarkan bukan orang yang mendengar hukum Taurat saja, tetapi mereka yang melakukan hukum Taurat (Rom. 2:13).
Sedangkan di pihak lain. Apa yang ditekankan oleh Paulus bahwa "manusia dibenarkan oleh iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat" (Rom. 3:28), khususnya merujuk kepada ritual-ritual seperti sunat, [Albaba Sheniuda III, Op. Cit, hlm. 14.] yang dipahami secara legalis sebagai syarat mencapai keselamatan dan menggantikan Kristus. Jadi, seperti ditegaskan Paulus dalam Ef. 2:15 yang dibatalkan adalah "hukum Taurat dan segala perintah dan ketentuannya" (ton nomon tôn entolôn en dogmasin). Jadi, bukan Taurat dalam makna "mitzvah" yang dibatalkan, tetapi suatu legalisme Yahudi, seperti "kashrut", ["Kashrut" adalah aturan-aturan tentang makanan yang dirumuskan para rabbi berdasarkan Torah (the dietry laws of Torah), antara lain menentukan status "kosher" (halal) terhadap makanan atau minuman berupa aturan yang sangat rinci.] yang justru sebaliknya menjadi "tembok pemisah" dan perseturuan antara kaum Yahudi dan bukan Yahudi. [David H. Stern, Jewish New Testament Commentary (Mayland: Jewish New Testament Publication, Inc., 1992), hlm. 587-588.]
BalasHapusPaulus menekankan bahwa perbuatan baik adalah buah dari iman, sedangkan keberatan Yakobus diarahkan kepada iman itu ada tanpa perbuatan yang membuktikannya.
GBU